Kadang heran sama beberapa orang disekitar lingkungan selalu ngeluh "gak usah mondok, gak usah sekolah, kita gak ada uang, kita bukan orang kaya". Hmmmm. Tapi dibalik itu semua aku bersyukur punya orang tua yang super banget hebatnya. Yaaaa, kedua orang tua aku bukan manusia yang terlahir dari keluarga mampu, bukan juga orang berpendidikan tinggi dan punya gaji tinggi. Tapi, beliau punya hati nurani yang tinggi. Sejak tahun 1980 an sampe sekarang jadi guru ngaji di kampung, ya you now lah, gratis.... Gak ada bayaran dari murid ataupun pemerintah sepeserpun. Eh, kalau sekarang sejak 2020 dapet sih dari pemerintah, 300 ribu per tiga bulan. Dan Ayah aku merintis MI dan MDTA sejak 1984 sampe 2010 itu pun gratis juga, gak dipungut biaya dari muridnya ataupun dapet dari pemerintah, ya benar-benar lilahita 'ala. Kalau sekarang, kata kakakku yang pertama sebagai pemegang yayasan tersebut dapet sih dari Kemenag, "walaupun gak sesuai dengan keadaan, syukuri aja" gitu katanya.
Tapi walaupun gratis, gak bergaji, Rizki untuk menyambung hidup dari hari ke hari ya Alhamdulillah selalu ada. Ayah aku selain merintis sekolah dan guru ngaji dikampung juga punya profesi lain yang mulia, yaitu petani. Kata ibuk "pertama nikah boro-boro punya sawah luas kaya sekarang, kebun dimana-mana, orang piring, gelas, mangkok aja cuma 1 untuk berdua. Apalagi kasur, gak ada".
"Hidup itu kudu merih" itu kata-kata yang sering di ucapkan ibu disaat tetangga ngeluh karena ini dan itu.
Berawal di tahun 1991. Saat Kaka pertama mau lulus SD dan bingung harus melanjutkan sekolah dimana. "Kalau dikampung, pasti ini anak gak akan bisa apa apa". "Mau sekolah atau mondok, tapi biayanya dari mana" itulah mungkin keluh kesah ibu saat itu. Dan entah Ilham dari mana, Kaka pertama aku mengusulkan ke ibuk dan Ayah untuk membuka warung kecil-kecilan di rumah. Dari situlah Rizki keluarga kami sedikit demi sedikit berubah.
Ibuk selalu bilang, "Rizki itu pasti ada kalau diusahakan mah, apalagi untuk biaya anak menuntut ilmu. Gak apa apa capek sekarang, gak usah goyah liat kanan kiri tetangga yang anaknya usia masih belasan tahun udah ngasih uang ke orang tuanya, kita mah focus aja orang tua kerja, anak menuntut ilmu".
Itulah kehebatan kedua orang tuaku. Kehebatan yang belum aku liat dari siapa pun. Kadang heran dengan prinsip ibuk, ibuk selalu berkata bahwa "anak laki-laki wajib lulus S3, dan perempuan lulus S2, ibuk siap membiayainya selama ibuk masih ada".
Thanks Allah atas kebaikannya. Kebaikan telah melahirkan aku dari pasangan yang begitu hebatnya....
Nikmat mana lagi yang harus kudustakan. Walau terkadang saat usiaku di bangku SMP SMA yang notabene nya dilingkungan orang orang berada, berada di pesantren yang menengah elite aku kurang bersyukur dengan nikmat itu semua. Kadang iri dengan teman-teman yang berada di atas, kadang minder dengan profesi orang tua mereka. Ah.... Bocil, maafkan aku Ayah ibuk.... Sekarang aku sadar. Bahwa kalian lebih hebat dari orang tua mereka. Kalian selalu mengutamakan pendidikan anak-anak dibandingkan kesenangan sendiri. Ibu pernah bilang "baju baru itu gak penting, kebutuhan ibu dan Ayah bukan baju baru atau kendaraan baru, kebutuhan ibuk dan Ayah yang utama itu ya biaya pendidikan anak-anak".
Ya Allah, aku tahu, Membahas tentang kedua orang tua yang hebat seperti kedua orangtuaku tidak akan ada habisnya. Harapanku hanya dua. Pertama, semoga ibuk selalu diberi kesehatan, kebahagiaan, keimanan yang istiqamah, dan dipanjangkan usianya. Dan kedua, semoga Ayah di alam sana diampuni segala dosa dosanya, diberikan tempat yang layak, dan dimudahkan oleh Allah untuk Masuk ke syurganya. Amiiin
Maa syaa Allah baarakallah fiik
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog ini ukhti
HapusMasya Allah ukhti... So proud of yuuuu
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog ini
HapusMaasyaallah sangat menginspirasi 👍👍
BalasHapus