Senin, 24 Februari 2020

Pencurian di sekolah bunga (Cerpen)




“Kamu harus tahu bahwa tak semua orang mampu terdeteksi isi pikirnya, bisa jadi seseorang yang dekat denganmu lebih tamak dan rakus dibandingkan dengan seseorang yang kau curigai keburukan tingkah lakunya”.
Quotes tersebut sengaja kutulis ketika setelah pulang dari ruang kepala sekolah pada senin sore. kehilangan barang- barang berharga atau pun beberapa kepingan rupiah kadang hadir dimana saja dan kapan saja tanpa diduga. Pencurian datang dengan kesempatan yang tepat, kesempatan itu bisa jadi karena sipelaku sedang kepepet tidak ada uang dan bisa juga sikorban yang asal taruh uang tanpa pikir orang lain tidak tergiur dengan kepemilikannya tersebut.

“Hati- hati aja, kaka percaya sama Bunga, jaga Sekolah dengan baik” Itu Suara ka Lina saat memulai percakapan tadi siang  tanpa diduga sebelumnya. Bunga Pertiwi yang tidak tahu apa- apa segera menanyakan apa maksud ucapan dari lawan bicaranya itu. “Maksudnya kak?” tanyanya tidak mengerti. Ka Lina yang diberi amanah oleh sekolah sebagai pembina pramuka segera mendekat ke arah Bunga.

“Kamu ingat Lima hari yang lalu saat kepala sekolah mengumpulkan anggota kelasmu yang disuruh menulis apa saja yang pernah diambil masing-masing dari kalian  di dalam kelas?” tanya ka Lina dengan suara yang sedikit dipelankan. Bunga yang saat itu sudah lelah karena aktifitas disekolah yang padat segera mengingat kembali tentang lima hari kebelakang.
“Iya kak, Bunga ingat” ucap bunga seraya membenarkan posisi duduknya. Di sekolah Menengah Atas  (SMA) Samudra 28 Indonesia, kehilangan sedang marak- maraknya, apalagi di kelas Bunga pertiwi, kelas 11 IPA 4, kehilangan nyaris setiap hari. Mulai dari kehilangan Uang yang jumlahnya lumayan banyak, ada juga kehilangan barang- barang tertentu milik siswa maupun guru, baik itu Hand phone yang disimpan di rak penyimpanan Utama, alat tulis, kaos olah raga yang disimpan di dalam tas, bahkan kehilangan sepeda motor. Miris memang, tapi itu semua masih menjadi misteri tentang siapa yang mengambilnya, tidak sedikit yang mengaggap bahwa kehilangan tersebut disebabkan dari makhluk halus, ada yang beranggapan juga bahwa pencurian itu berasal dari orang luar sekolah, dan ada juga yang berpendapat bahwa sipencuri tersebut  ialah orang dalam yang ada dilingkungan sekolah.

“Bukan tuyul Bunga, yang mengambil itu ya orang- orang situ aja” tandas ka Lina setelah beberapa kali Bunga tidak percaya dengan apa yang ka Lina ucapkan padanya. Ka Lina bahkan menegaskan bahwa yang menjadi pelaku pencurian tersebut bukanlah hanya satu orang, bahkan lebih dari Empat orang. Mendengar hal itu Bunga hanya menelan ludah, tak disangka beberapa dari teman dekatnya menjadi si pelaku dalam korban yang menjadi pembicaraan hangat disekolahnya akhir- akhir ini.
“Ya intinya hati- hati aja ya Bunga, tidak semua orang yang kelihatan diluarnya baik  itu aslinya baik, bisa jadi yang terlihat diluarnya seperti preman malah berhati malaikat” jelas Ka Lina menegaskan perkataannya kembali. Bunga lalu balik bertanya tentang hal tersebut pada kaka pembina pramukanya itu, “Lalu kaka tahu siapa saja yang menjadi pelaku pencurian itu?”. ka Lina tersenyum mendengar pertanyaan yang barusan Bunga tanyakan padanya, “iya kaka tahu semuanya”.

“Dari mana kaka tahu si pelakunya itu mereka?” tanya Bunga setelah ia mengetahuan siapa saja yang menjadi dalang dibalik peristiwa yang memalukan tersebut. Kak lina berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan perlahan menuju ke arah pintu ruang OSIS, “Kaka tahu dari kertas yang kalian tulis lima hari yang lalu di ruang kepala sekolah”.
bunga memejamkan matanya, hatinya bergemuruh tidak karuan, lalu ia menatap ke arah  ka lina yang ada disampingnya. keduanya saling menatap satu sama lainnya, setelah beberapa menit Bunga pun pamit dari hadapan kak Lina. Sore itu ia sadar bahwa menilai seseorang itu bukanlah dari penampilan luar saja, ia lalu bergumam dalam hatinya, “akankah aku mampu merubah teman- temanku yang terbiasa mencuri menjadi manusia yang dirindukan Syurga?” pertanyaan tersebut ia tanam dalam hatinya guna untuk merubah teman temannya dan untuk peringatan pada dirinya sendiri agar terhindar dari sifat dan perbuatan yang dibenci oleh Allah SAW.

Sabtu, 01 Februari 2020

Disinilah awal Aku memulai segalanya



sore hari dikejutkan dengan suara telphone dari sebrang kota. kata ibu, paman yang kedua dari terakhir sudah siap mengantarkanku untuk tes masuk dunia pesantren, hari ini hari sabtu, hari dimana aku sedang libur sekolah, sudah dipastikan bukan berarti sekolahku benar- benar libur, tapi aku yang meliburkannya sendiri. Dengan perlengkapan seadanya, aku dan Abah berangkat sangat pagi pada keesokan harinya.

“Oweeek” aku muntah untuk kedua kalinya, entah kenapa setiap perjalanan suhu badanku seperti menolak untuk duduk manis di dalam kendaraan umum. Abah yang ada disampingku segera menyodorkan plastik hitam kedekat mulutku, “oweeek”.

“Masih jauh ya?” tanyaku pada Abah. Padahal aku hendak tes kesuatu pesantren yang tidak jauh dari kabupaten pandeglang, sekitar tiga jam pesantren yang hendak kutuju jaraknya dengan rumah. Namanya juga anak kampung yang jarang sekali bepergian dengan kendaraan, maklum saja setiap kali perjalanan menggunakan kendaraan aku selalu mabuk perjalanan.

Sobang- Panimbang- labuan- menes-  sodong- saketi- Cikaduen- mengger. Itulah perjalanan yang kulalui kira- kira begitu rutenya, di mengger kita berdua turun untuk ganti kendaraan umum lainnya, yaitu harus menaiki angkot jurusan mengger- pari. Namun, saat dimengger kulihat kaka keduaku menampakan batang hidungnya, “baru nyampe?” tanyanya sembari mengecup tangan kanan Abah. “Mana ka jumannya?” tanya Abah kemudian pada kaka. Sekitar lima menit kami bertiga menunggu Paman akhirnya datang juga. Itu Pamanku, adik keenam dari ibu yang kupanggil dengan sebutan kaka saja bukan dengan sebutan paman. Entah kenapa Aku pun tidak faham, hanya saja sampai sekarang aku mendefinisikannya “mungkin karena pamanku yang satu ini umurnya sama persis dengan kakaku yang pertama”.

“kita bertiga duluan aja ke pari” ucap paman pada aku dan kaka. Sedangkan Abahku menunggu giliran untuk dijemput kembali oleh paman.

Tidak lama dari keberangkatan kami bertiga, Abahku panik, karena ada kecelakaan pengendara sepeda motor dengan mobil. ia segera melihat ketempat kecelakaan tersebut yang tidak jauh dari tempatnya berteduh. Satu persatu manusia yang mengelilingi orang yang terkena musibah itu disingkirkannya dengan sigab, “apa yang kecelakaan mereka bertiga?” tanya Abah dalam hati. Perasaan was- was ditambah lagi campur aduk bersatu menjadi klop. Setelah dilihat dengan seksama, barulah Abah keluar  dari kerumunan banyak orang dengan mengucapkan syukur tiada henti, “Alhamdulilah bukan mereka bertiga”.

Sesampainya di pari, tepatnya di pesantren modern daar el falaah, aku duduk manis menikmati banyak soal yang sebenarnya tidak tahu  soal itu harus kuapakan. Yang terpenting selesai, tekadku saat itu. Dan itu terbukti dengan hasil pengumukan kelulusan masuk pesantren saat diumumkan.

“tunggu sebentar ya untuk melihat hasil tesnya” tiba- tiba suara panitia membuyarkan lamunanku.

“Naha bisa langsung tau gitu ya hasil tesnya, aneh” tandasku spontan.

Kulihat tabel nilai di secarcik kertas yang panitia berikan pada amplop coklat. 6.62, kira- kira segitu nilai tes masuk pesantrenku waktu SMP. Angka yang terbilang sangat rendah, tapi angka tersebut sudah termasuk cukup untuk diterimanya seorang AKU di pesantren Modern Daar el Falaah, mandalawangi pandeglang Banten.

“Kita sekarang Lihat Pesantren Putrinya ya di daerah bangkong” kata paman membuatku bingung dengan perkataannya yang barusan diucapkan.

“Di daerah pari Ini Pesantrennya untuk Putra”, katanya lagi menjelaskan padaku. Aku hanya mengiyakan saja yang barusan paman jelaskan, sekitar 1 KM kami pun akhirnya sampai di tempat Putri, kulihat sekeliling Pesantren, sangat berbeda arsitektur bangunan Putra dan Putri yang barusan aku lihat, “Ini serius nih pesantren yang akan aku tempati” kataku dalam hati.

Disinilah, Pesantren Modern Daar el Falaah Putri, yang terletak di Bangkong, Mandalawangi, Pandeglang, Banten. Disinilah Awal aku memulai segalanya.

Tidak Sekedar Cerita

1 Muharam

 Apa yang kamu ketahui tentang 1 Muharam. Tahun baru Islam? Atau apa ? Makna 1 Muharam bagi semua umat Islam merupakan Tahun Baru Islam atau...