Minggu, 28 April 2019

Bilik Abatasa




Lantunan Huruf Hijaiyah terdengar sayup – sayup setiap malamnya. Suara yang biasa kudengar waktu kecil dulu berbeda dengan Hari ini. Semakin bertambah zaman suara itu semakin redup, Maklum minat mengaji diKampung semakin merosot, Efek Televisi yang sekarang sudah ada disetiap rumah warga, Dan mungkin faktor Remaja yang lulusan smp dan Sma langsung kerja dikota – kota.

Kulihat Empat Anak usia sekolah Dasar yang duduk mengantri dihadapan ibuku, ya... mereka mengantri untuk mengaji pada ibu. Lalu kulihat kembali diruang tengah rumahku terdapat tiga Anak laki – laki yang sedang Bercanda satu sama lainnya, Dan terakhir kulihat diteras rumahku sudah ada seorang anak perempuan seusia kelas 2 Sd menungguku untuk Mengaji.

A Ba Ta tsa Ja Ha Kho....
Suaranya terdengar begitu lantang dihadapanku, Ia ternyata adik dari teman sekelasku saat SD dulu. Kulihat raut wajahnya, Tidak ada rasa canggung padaku walaupun jarang sekali aku mau  mengajar ngaji saat liburan pesantren.

Aku dan Anak kecil itu hanya berdua duduk diteras rumah, dibangku bambu panjang yang lumayan bisa diduduki enam orang manusia. Teringat dibenaku saat kecil dulu saat rumahku masih panggung dan terbuat dari kayu. Saat itu aku belum masuk sekolah Dasar, Dimana Dikampungku hanya rumahkulah yang terdapat Televisi. itupun Masih Menggunakan aki dan Pemancar yang terbuat dari Bambu panjang. Setiap malamnya, hampir semua masyarat kampung menonton Tv dirumahku setelah mengaji. Dan pada Jam 12 atau jam 1 malam ada sebagian warga baru selesai menonton,  itupun tidak ada yang pamit pada ibu abahku walaupun Orang tuaku sudah terlelap tidur, dan Pada pagi harinya orang tuaku biasa mendapatkan Rumah yang terbuka lebar. Inilah Alasan TV dirumahku ditutup saat aku menginjak kelas 1 Sd Dan kakaku Kls 1 Mts dipesantren, dan diadakan lagi saat aku Lulus UN Aliyah.

Tidak ada Televisi Dikampungku menyebabkan Masyarakat setempat  bergantian kepasar kecamatan untuk mengganti aki Setiap minggunya, dan warga yang bertugaspun rela berkorban kekota kecamatan walaupun harus menghadapi jalan rusak yang dalamnya hampir selutut.

Tv Memang hiburan satu – satunya yang ada dikampung. selain itu,  biasanya diadakan sebulan sekali ataupun setiap ada yang khitanan maupun Pernikahan yang menyediakan layar Tancap sebagai hiburannya. Hmmmm..... kampung memang indah Namun tak seindah pencurian barang – barang berharga dan rupiah yang menimpa Rumah panggungku.

Setiap malam kakaku yang kedua Biasa membawa teman temannya untuk menginap dirumah. Malam itu mereka mendapatkan hal yang aneh dari biasanya, karena Mereka menemukan Dua sosok manusia yang menggunakan Tutup wajah (semacam perampok yang biasa ada di Film2), Satu dari teman kakaku berpura – pura batuk dan berdahak, ada juga yang berpura – pura ketawa dan cekikikan dan ada juga yang berpura – pura Mengingau.

“karena kita takut mereka nyerang” Ungkap salah dari dari teman kakaku pada pagi harinya saat mereka cerita pada orang tuaku. Tidak hanya itu, Rumahku Pernah dicuri dengan cara dihancurkan sebagian kayunya agar pencuri bisa masuk kedalam rumah, dan pada pagi harinya terdapat serpihan barang – barang warung  yang ada dibelakang rumah.

Masa lalu memang susah untuk dilupakan dan mudah untuk diingat kembali. Kulihat Tembok Rumah yang kokoh berdiri menutupi semua ruangan.

“Dulu rumahku kayu dan Belum ada listrik Seperti sekarang” Gumamku dalam hati. Kuingat kembali Tujuh belas tahun yang lalu, dimana disetiap malamnya rumahku selalu ramai oleh Anak anak, Abg, Remaja, maupun dewasa. Ada Anak – anak yang bermain tutup kaleng didalam rumah, Bermain serpihan genting yang telah dibentuk sebagus mungkin, dan ada juga yang bermain lompat tali . Dan itu semua membuat orang orang yang ada diruangan ngaji terkena semprot ibuku. Karena Telah biasa ribut, Gaduh, Bahkan berkelahi satu sama lainnya, menyebabkan Rumahku telah terbiasa terbakar “Damar” yang kadang tidak sengaja tertendang  oleh anak anak yang mengaji dirumah.

“Kalau Juman sembuh, nanti ibu sawer” Nazar ibuku beberapa tahun yang lalu. Kejadian itu tidak terlalu kuketahui, Karena aku saat itu masih kecil, Namun aku tau karena kebakaran tersebut mengorbankan salah satu anak yang sedang bermain diteras rumah. Saat itu Damar tertendang dan minyak yang ada didalamnya tumpah , Sebelum api melahap Kayu abahku datang dan segera mengambil Damar yang penuh oleh api lalu melemparkannya keteras rumah.

“Abah pikir tidak ada orang diteras rumah kita” kata abah saat berada dirumah sakit esok paginya. Ya namanya juman, Ia Anak yatim Yang telah Menggoreskan sejarah yang tidak pernah kulupakan dirumah panggungku. Api yang Abahku lemparkan tersebut mengenai tubuhnya, Abahku sadar saat juman itu lari kesana kemari membawa api, Dan itu semua Menyebabkan ada luka bakar ditubuhnya. Setiap Lebaran idul Fitri Kadang juman datang kerumahku Hanya untuk Bersilaturahmi, ia hanya tertawa ketika ibuku mengingatkannya kembali tentang dirinya dan kebakaran dari Damar saat Menunggu mengaji.

Hmmm.....
Sungguh berwarna sekali masa laluku. Kulihat Adik Dari temanku itu dengan sabarnya ia mengulang Huruf demi huruf Hijaiyah Yang kuperintahkan agar Mudah Lidahnya Mellantunkan Al – Quran.

“Sabar banget nih anak ini” kataku dalam hati. Dulu aku seusia seperti dia tidak bisa sabar saat mengaji. Pernah suatu ketika saat aku mengaji pada ibuku ada orang yang membeli kopi diwarung. Ibu izin sebentar untuk melayani pembeli tersebut, Namun ternyata sebentarnya ibu tidak seperti sebentar yang kubayangkan, Akupun kesal dan entah dari pikiran mana kulemparkan Al – quran ke arah ibuku dan akupun menangis dengan sangat keras.

Itu masa laluku yang masih kuingat sampai sekarang. Oya satu lagi, Ini salah satu sejarah unik yang pernah ada saat aku kecil dulu, Suatu siang hari ada seorang laki laki bertamu ke kampungku, Ia sangat mudah bergaul dengan Remaja dan Abg dikampung, tapi ada satu kejanggalan dari laki laki tersebut, Entah benar – benar gila atau hanya pura – pura gila.

 Siang berganti Sore, Sore berganti malam, Laki laki tersebut tetap ada dikampungku. Pada saat waktu maghrib, ia mengikuti Remaja laki laki Ke masjid, saat Remaja laki laki pulang dari masjid dan hendak kerumahku, iapun mengikutinya, Ditengah jalan, Anak anak yang hendak kerumahku Berlarian karena menghindari laki laki itu, Iapun ikut berlari.

“Tutup pintunya”
“Tahan pintunya Tahan”
Semua Orang yang berada dirumahku menahan pintu dari dalam agar laki laki Aneh itu tidak masuk kedalam rumah. Laki laki, perempuan, Dewasa, Remaja, Abg, Anak anak, Semuanya bekerja sama satu sama lainnya. Namun, Karena kuatnya Laki laki Itu pintu yang ditahan oleh semua orang terbuka dengan sangat mudah. Sontak semuanya berlarian kesana kemari untuk menghindari laki laki aneh tersebut. Didalam rumah, Ibuku yang hendak solat Sunah Segera melemparkan Tepung ke arah laki laki aneh itu. Saat itu aku sedang membawa dua buat jambu batu yang aku dapatkan dari tetangga, Jambu yang kupegang menggelinding kearah tumpukan karung beras yang ada didapur. Aneh memang, saat orang lain sibuk untuk menghindari laki laki aneh, sedangkan aku sibuk dengan jambu yang lepas dari tanganku. Namannya juga masa lalu, Masa anak anak yang tidak mudah kulupakan dan kuusir dari pikiranku.

Malam semakin larut, Anak kecil yang Sedang mengaji padaku akhirnya selesai. Kulirik ia yang Turun dari kursi bambu dengan cepat. Tiba tiba ia menendang ember kecil yang ada diteras rumah.

“Hati – Hati Dek” kataku padanya. Ia hanya tersenyum malu padaku. Lalu kulihat ember kecil itu. “hmm... pahit” getirku dalam hati. Ember yang biasa ada untuk menampungi air hujan Kulihat Tidak bisa dipakai dengan baik lagi, karena robekan yang lebar pada ember tersebut menjadi penyebabnya.

“seumur – umur baru pertama kali ibu ngajar ngaji anak – anak dibawain golok oleh orang tuanya” Kata ibuku saat Aku masih Kuliah di Ciputat.

“Penyebabnya apa emang bu ?”  tanyaku saat itu.

“ya biasa kalau ada anak berantem, ribut, bercanda ibu marahin seperti biasanya” Ucap ibu.

“Tapi ibu marahin bukan anak Perempuan, yang ibu marahin anak laik – Laki” Jelas ibuku lagi.

Ibuku memang sering memarahi anak anak yang susah diatur saat hendak mengaji. Namun, selama kurang lebih 45 tahun ibuku mengajar ngaji, baru pertama kali dibawakan Golok bahkan ember yang ada didepan terasku menjadi saksi karena ember tersebut menjadi korbannya.

“ Dia memang menghajar ember dengan golok itu, Tapi saya merasa seperti kepala saya yang menjadi korbannya bukan ember itu” ungkap abahku saat kejadian beberapa tahun silam.

Esok paginya Kejadian tersebut menjadi perbincangan utama dikampung. Pamanku yang menjadi ketua Rt dikampung mengusulkan kepada kakaku yang pertama untuk dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Namun ibuku mencegahnya.

“ Allah mah maha tau. Rasulullah aja yang dicaci maki, Dihina, difitnah, Bahkan diganggu saat sedang ibadah oleh orang – orang kafir tetap sabar, Masa kita karena itu aja lapor lapor polisi”  kata ibuku pada paman dan kakak.

Malampun semakin larut, kuingat – ingat kembali cerita lama yang menjadi Beban pikirku untuk dituliskannya diblogku saat ini.  Oya .... baru kuingat kembali saat lebaran Tahun 2017, Istri dari orang yang membawakan golok itu datang kerumahku dan Meminta maaf pada ibu dan abah. Entah apa yang mereka Bicarakan aku tidak mendengarnya.

“Ngapain duduk sendirian diteras malam malam gini” tanya ibu Yang menyadarkanku dari lamunan.

“hehe...” aku hanya nyengir dan bergegas masuk kedalam rumah. Pintupun ditutup, Kulihat abahku yang sedang khusu duduk didepan cemilan Dan melihat kearahku sekilas.

“Enak bah” tanyaku pada abah.

“ Enak” Jawab abah singkat.

Kulihat wajah abah kembali. Teringat dalam pikirku cerita ibu dulu, bahwa abahlah yang pertama kalinya mengajarkan ibu Huruf demi huruf hijaiyah, Lalu setelah Ibu lancar membaca Al – Quran, ibu ikut serta mengajar ngaji anak – anak kampung yang mau menelah ayat – ayat Al – Quran, dan sekarang saat Abahku Sakit, Hanya ibu yang mengajar ngaji, sedangkan abah hanya melihat ibu mengajar anak – anak yang datang kerumah.

Bilik Abatasa....

Kisah lama yang menjadi sejarah berharga bagiku. Tempat pertama dan manusia pertama yang mengenaliku pada kalam – kalamnya. Ini hanya sebagian kisah yang kuingat. Karena masih banyak cerita yang kulupa dan tidak kuketahui .

Terima kasih untuk kamu yang telah membaca Cerita “ Bilik Abatasaku” .... sampai ketemu kembali dikisahku selanjutnya....


1 komentar:

Tidak Sekedar Cerita

1 Muharam

 Apa yang kamu ketahui tentang 1 Muharam. Tahun baru Islam? Atau apa ? Makna 1 Muharam bagi semua umat Islam merupakan Tahun Baru Islam atau...