Senin, 26 September 2022

1 Muharam

 Apa yang kamu ketahui tentang 1 Muharam. Tahun baru Islam? Atau apa ?


Makna 1 Muharam bagi semua umat Islam merupakan Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah . Tahun Baru Islam adalah salah satu hari besar bagi umat muslim di seluruh dunia sekaligus menjadi hari penting dalam sejarah Islam.


Bagiku, hari itu pun merupakan menjadi momentum yang sangat penting dan tidak pernah kulupakan selama-lamanya. Momen dimana, rasanya ujian hidup itu hanya akulah yang merasakannya. 


"Patah hati terbesar seorang anak perempuan itu ialah ketika kematian ayahnya" 


Awal aku mendengar kata-kata itu rasanya ada yang kurang pas. "Toh aku gak merasa hal itu benar, padahal dalam kenyataannya sadar atau tidak, aku sungguh merasakan dampak kehilangannya". 


Saat malam 1 Muharam. Tepatnya di RS Adjidarmo Rangkas Bitung, kulihat banyak warga yang merayakan malam 1 Muharam. Riuh gemuruh semuanya merasakan kesenangannya masing-masing. Tapi tidak dengan aku dan keluargaku. Kami hanya melihat semua warga Rangkas Bitung dari jendela rumah sakit. Perasaan keluargaku penuh dengan cemas dan masih ada harapan tentangnya. Tapi lain halnya denganku sendiri. Perasaanku saat itu tidak karuan, aku bingung dengan perasaanku sendiri, tidak ada sedih, cemas, atau lainnya. Aku sebagai anak bungsu hanya mengerjakan apa yang harus aku kerjakan. Menjaga Abah (saat malam itu), membangunkan kaka-kakaku ketika mereka ketiduran, dan membelikan makanan untuk tetangga jika ada yang datang menjenguk kerumah sakit. Bisa dibilang, pada malam hari itu hatiku benar-benar kosong. 


Begitu pun dengan keesokan harinya. Saat aku melihat seluruh peralatan rumah sakit mulai di lepas satu persatu dari tubuh abah, aku hanya diam membisu. "Talqinin" hanya kata itu yang kudengar dari seorang dokter. 


"Yasin walqur'anil hakim".....


Badanku saat itu seperti seorang robot. Saat kain sudah menutupi seluruh tubuh abah, dan badanku tiba-tiba duduk serta membaca surat Yasin berkali-kali dihadapannya. Namun, perasaanku kosong.  


Dan ketika jenazah Abah mulai dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Aku pun saat itu tidak ikut dengan ambulans tersebut karena harus menemani kakaku di mobil pribadinya. Sepanjang perjalanan Rangkas Bitung - Sobang, tidak ada rasa sedih atau pun lainnya. Aku malah asik dengan membalas chat yang masuk ke dalam smartphoneku. 


"Ayo ikut sini" itu ajakan bibiku yang bungsu saat sampainya aku dirumah. Jika tidak diajak olehnya, jujur aku bingung harus bertindak bagaimana. Jika nangis, nangis karena apa? 


Mulai dari membersihkannya, memandikannya, mengkafaninya dan membersihkan peralatan bekas di rumah sakit atau pun saat pengurusan jenazah, Alhamdulillah aku turut hadir di garis terdepan. Jujur, disitulah aku merasakan bahwa ilmu fiqih tentang jenazah yang selama aku pelajari di SMA, UIN Jakarta, dan UIN Banten tidak ada apa-apanya dengan kenyataan praktek saat di depan mata. 

 

                                 ******* 

(Tentang perasaan hati seorang anak perempuan)


Perasaan sedihku muncul saat tanah satu persatu menutupi tubuh abah. Disitulah aku runtuh. Rasa sedih, cemas, hancur bercampur menjadi satu. Tapi tangis itu masih kutahan, tidak sepenuhnya ku hempaskan di depan publik.

                                       ******

(Tentang rasa sedih) 


Suatu ketika ada yang bertanya padaku "sedih gak sih awal-awal kehilangan ayah tuh?" 


Jujur. Jika ada pertanyaan seperti itu, aku menjawabnya "biasa-biasa aja". Mungkin jawaban tersebut terdengar aneh. Tapi bagiku hal itu wajar. Karena dari Usia 12 tahun aku sudah merantau ke daerah orang, jadi rasa kehilangan itu kadang tidak kurasakan. Namun, rasa kehilangan itu muncul saat imanku sedang lemah, Al Qur'an kadang kutinggalkan dan aktivitas ruhaniah tidak kukerjakan. Disitulah aku merasakan kehilangan seorang ayah. Mungkin orang lain bertanya-tanya. Kenapa seperti itu? 


Yaa.... Saat imanku lemah, Al Qur'an kadang kutinggalkan, dan aktivitas ruhaniah tidak kukerjakan, Bayangan sosok Abah hadir di mimpiku. Bayangan Abah hadir di mimpiku itu dalam keadaan haus dan lapar. Kuliat disana hanya ada Kaka pertamaku yang memberikan air padanya. Seketika aku pun segera bangun dari mimpi itu, dan disitulah aku sadar bahwa aku sudah tidak punya seorang ayah.Dan tugasku hanya satu, ya mendoakan untuknya.


Pernah suatu ketika. Saat liburan pesantren, Aku sama sekali tidak tilawah Al-Qur'an selama dua Minggu lebih. Disitulah aku bermimpi, namun dalam mimpi itu tidak ada sosok yang bisa kulihat, hanya ada suara Abah dan berkata "jangan pernah tinggalkan tilawah Al-Qur'an". 


Satu lagi yang kuingat mimpi tentang Abah. Suatu hari aku kabur dari setoran pagi, dan tidurlah aku di tempat tersembunyi. Disitulah aku mimpi dengan tanpa sosok. Dan dalam mimpi itu aku bertanya"bah, apa sikap malasku ini saat menuntut ilmu dan seluruh dosa dosa yang kuperbuat memberatkan pertimbangan Abah disana" dan hanya jawaban singkat yang kudengar disana "tidak". 


                                    ***** 


Ah, membahas tentang kehilangan seorang ayah untuk anak perempuannya jika dijabarkan dengan detail tidak akan cukup untuk ditulis dalam laman blogger. Begitu pun denganku. Kehilangan ayah, kadang aku mengatakannya "biasa saja", terkadang "tidak merasa kehilangan". Namun, sadar atau tidak. rasa kehilangan itu kadang muncul disaat-saat tertentu. 


Aku merasa kehilangan ayah saat memimpikannya, saat tiba dirumah ketika pulang dari pesantren, ketika hendak berangkat lagi ke pesantren, saat melihat photo Abah, dan satu lagi, ketika malam 1 Muharam. 


Sampai saat ini. Tepatnya pada tanggal 1 Muharam 2022 kemari. aku takut dengan malam 1 Muharam itu. Rasa takut, cemas, kecewa, dan trauma itu hadir dalam diriku.


Rasanya aku trauma dengan pawai obor di malam 1 Muharam itu. Sampai temanku bertanya "kenapa teh", saat mendapatkanku menangis sejadi jadinya di malam itu. 


Ah, aku pun tidak tahu dengan perasaanku sendiri. 


Malam 1 Muharam, aku takut dengan pawai obor itu. 


Sekian....... 



Sabtu, 17 September 2022

Pendidikan anak-anak

 Kadang heran sama beberapa orang disekitar lingkungan selalu ngeluh "gak usah mondok, gak usah sekolah, kita gak ada uang, kita bukan orang kaya". Hmmmm. Tapi dibalik itu semua aku bersyukur punya orang tua yang super banget hebatnya. Yaaaa, kedua orang tua aku bukan manusia yang terlahir dari keluarga mampu, bukan juga orang berpendidikan tinggi dan punya gaji tinggi. Tapi, beliau punya hati nurani yang tinggi. Sejak tahun 1980 an sampe sekarang jadi guru ngaji di kampung, ya you now lah, gratis.... Gak ada bayaran dari murid ataupun pemerintah sepeserpun. Eh, kalau sekarang sejak 2020 dapet sih dari pemerintah, 300 ribu per tiga bulan. Dan Ayah aku merintis MI dan MDTA sejak 1984 sampe 2010 itu pun gratis juga, gak dipungut biaya dari muridnya ataupun dapet dari pemerintah, ya benar-benar lilahita 'ala. Kalau sekarang, kata kakakku yang pertama sebagai pemegang yayasan tersebut dapet sih dari Kemenag, "walaupun gak sesuai dengan keadaan, syukuri aja" gitu katanya. 


Tapi walaupun gratis, gak bergaji, Rizki untuk menyambung hidup dari hari ke hari ya Alhamdulillah selalu ada. Ayah aku selain merintis sekolah dan guru ngaji dikampung juga punya profesi lain yang mulia, yaitu petani. Kata ibuk "pertama nikah boro-boro punya sawah luas kaya sekarang, kebun dimana-mana, orang piring, gelas, mangkok aja cuma 1 untuk berdua. Apalagi kasur, gak ada". 


"Hidup itu kudu merih" itu kata-kata yang sering di ucapkan ibu disaat tetangga ngeluh karena ini dan itu. 


Berawal di tahun 1991. Saat Kaka pertama mau lulus SD dan bingung harus melanjutkan sekolah dimana. "Kalau dikampung, pasti ini anak gak akan bisa apa apa". "Mau sekolah atau mondok, tapi biayanya dari mana" itulah mungkin keluh kesah ibu saat itu. Dan entah Ilham dari mana, Kaka pertama aku mengusulkan ke ibuk dan Ayah untuk membuka warung kecil-kecilan di rumah. Dari situlah Rizki keluarga kami sedikit demi sedikit berubah. 


Ibuk selalu bilang, "Rizki itu pasti ada kalau diusahakan mah, apalagi untuk biaya anak menuntut ilmu. Gak apa apa capek sekarang, gak usah goyah liat kanan kiri tetangga yang anaknya usia masih belasan tahun udah ngasih uang ke orang tuanya, kita mah focus aja orang tua kerja, anak menuntut ilmu". 


Itulah kehebatan kedua orang tuaku. Kehebatan yang belum aku liat dari siapa pun. Kadang heran dengan prinsip ibuk, ibuk selalu berkata bahwa "anak laki-laki wajib lulus S3, dan perempuan lulus S2, ibuk siap membiayainya selama ibuk masih ada". 


Thanks Allah atas kebaikannya. Kebaikan telah melahirkan aku dari pasangan yang begitu hebatnya....

Nikmat mana lagi yang harus kudustakan. Walau terkadang saat usiaku di bangku SMP SMA yang notabene nya dilingkungan orang orang berada, berada di pesantren yang menengah elite aku kurang bersyukur dengan nikmat itu semua. Kadang iri dengan teman-teman yang berada di atas, kadang minder dengan profesi orang tua mereka. Ah.... Bocil, maafkan aku Ayah ibuk.... Sekarang aku sadar. Bahwa kalian lebih hebat dari orang tua mereka. Kalian selalu mengutamakan pendidikan anak-anak dibandingkan kesenangan sendiri. Ibu pernah bilang "baju baru itu gak penting, kebutuhan ibu dan Ayah bukan baju baru atau kendaraan baru, kebutuhan ibuk dan Ayah yang utama itu ya biaya pendidikan anak-anak". 


Ya Allah, aku tahu, Membahas tentang kedua orang tua yang hebat seperti kedua orangtuaku tidak akan ada habisnya. Harapanku hanya dua. Pertama, semoga ibuk selalu diberi kesehatan, kebahagiaan, keimanan yang istiqamah, dan dipanjangkan usianya. Dan kedua, semoga Ayah di alam sana diampuni segala dosa dosanya, diberikan tempat yang layak, dan dimudahkan oleh Allah untuk Masuk ke syurganya. Amiiin 



Tidak Sekedar Cerita

1 Muharam

 Apa yang kamu ketahui tentang 1 Muharam. Tahun baru Islam? Atau apa ? Makna 1 Muharam bagi semua umat Islam merupakan Tahun Baru Islam atau...